Tips De-Eskalasi Terbaik untuk Guru - Kami Adalah Guru

 Tips De-Eskalasi Terbaik untuk Guru - Kami Adalah Guru

James Wheeler
Dipersembahkan oleh Crisis Prevention Institute

Crisis Prevention Institute Inc (CPI) adalah pemimpin dunia dalam pelatihan de-eskalasi dan pencegahan krisis berbasis bukti. Dapatkan 10 Tips De-Eskalasi Terbaik dari CPI untuk para guru.

//educate.crisisprevention.com/De-EscalationTips_v2-GEN.html?code=ITG023139146DT&src=Bayar-Per-Klik&gclid=Cj0KCQjw3PLnBRCpARIsAKaUbgtsVXqt4VgTEgiPWfZE9jYBQAjjiAES5MTc3eKnvPGfXNSki1Ex-AIaAgEWEALw_wcB

Setiap tahun ajaran baru membawa peluang dan tantangan baru, terutama dalam hal manajemen kelas. Tak pelak, situasi akan meningkat di dalam kelas, seperti saat siswa menolak untuk mengerjakan tugas atau menantang otoritas. Dalam rangka mempersiapkan tahun ajaran baru, dan dalam kemitraan dengan Crisis Prevention Institute (CPI), kami membagikan tips de-eskalasi bagi para guru untuk membantu kita merespons dengan efektif saatpara siswa menekan tombol-tombol kami.

1. Berempati dan tidak menghakimi.

Cobalah untuk tidak menghakimi atau mengabaikan perasaan siswa saat mereka mengalami kesulitan. Ingatlah bahwa perasaan mereka nyata, terlepas dari apakah menurut kita perasaan tersebut dapat dibenarkan atau tidak (mis, Apakah tugas ini benar-benar menghancurkan hidup Anda? Hormati perasaan tersebut, dengan mengingat bahwa apa pun yang sedang dialami oleh siswa tersebut bisa jadi merupakan peristiwa terpenting dalam hidupnya saat ini. Selain itu, akar dari kesulitan siswa mungkin tidak terletak pada tugas yang diberikan, ada kemungkinan siswa tersebut kesal dengan hal lain dan membutuhkan dukungan serta dorongan dari kita.

2. Hindari bereaksi secara berlebihan.

Cobalah untuk tetap tenang, rasional, dan profesional (saya tahu, ini tidak selalu mudah). Meskipun kita tidak dapat mengendalikan perilaku siswa, cara kita menanggapinya memiliki efek langsung pada apakah situasi meningkat atau mereda. Pikiran positif seperti "Saya dapat mengatasi ini" dan "Saya tahu apa yang harus saya lakukan" membantu kita menjaga rasionalitas kita sendiri dan menenangkan siswa. Tidak masalah untuk mengambil waktu sejenak untuk mengumpulkan pikiran kita. Ketika kitajeda, kita mempersiapkan diri untuk merespons, bukan bereaksi terhadap konflik di dalam kelas.

"Murid-murid kami melihat kepada kami untuk menentukan suasana di dalam kelas," ujar John Kellerman, mantan guru sekolah menengah dan asisten kepala sekolah yang kini bekerja untuk CPI. "Jika kami fokus pada apa yang dapat kami kendalikan, dan menyoroti hal-hal yang positif, hal-hal yang baik akan muncul, dan jika kami menyoroti hal-hal yang negatif, rasa takut dan cemas akan muncul."

3. Tetapkan batas positif.

Salah satu hal yang paling membantu yang dapat kita lakukan ketika seorang siswa berperilaku buruk atau bertingkah di kelas adalah dengan memberikan batasan yang sopan, sederhana, dan masuk akal. Jika seorang siswa berdebat dengan kita, kita dapat mengatakan, "Saya terlalu peduli denganmu untuk berdebat. Saya akan dengan senang hati mendiskusikan hal ini denganmu segera setelah perdebatan itu berhenti." Ketika seorang siswa berteriak, kita dapat mencoba mengatakan, "Saya dapat mendengarnya segera setelah suaramu tenang.Jika seorang siswa tidak mau mengerjakan tugas mereka, kami menetapkan batas positif dan berkata, "Setelah tugas Anda selesai, Anda akan memiliki waktu lima menit untuk berbicara."

4. Abaikan pertanyaan yang menantang.

Kadang-kadang ketika perilaku siswa meningkat, mereka menantang otoritas kita. Mereka mungkin mengatakan hal-hal seperti "Kamu bukan ibuku!" atau "Kamu tidak bisa membuatku melakukan apa pun!" Terlibat dengan siswa yang mengajukan pertanyaan yang menantang jarang sekali produktif. Ketika seorang siswa menantang otoritas kita, arahkan perhatian mereka pada masalah yang sedang dibahas. Abaikan tantangannya, tetapi jangan orangnya. Kembalikan fokus mereka pada bagaimanaJadi, ketika seorang siswa berkata, "Ibu bukan ibu saya!", kita dapat mengatakan, "Ya, kamu benar. Saya bukan ibu kamu. Tapi saya adalah guru kamu, dan saya ingin kita bekerja sama agar kamu dapat berhasil dalam tugas ini."

Lihat juga: 12 Dadu dalam Permainan Dadu untuk Dimainkan di Kelas - WeAreTeachers

5. Sediakan waktu hening untuk refleksi.

Guru diajarkan untuk menunggu setidaknya lima detik setelah mengajukan pertanyaan kepada siswa agar mereka memiliki waktu untuk memprosesnya. Strategi yang sama juga sama efektifnya ketika siswa perlu melakukan de-eskalasi. Jangan takut dengan keheningan yang canggung (kita semua pernah mengalaminya!). Keheningan adalah alat komunikasi yang kuat, dan dapat memberi siswa kesempatan untuk merefleksikan apa yang terjadi dan bagaimana cara untuk melanjutkannya. Siapkan Pojok Tenangdi ruang kelas Anda di mana siswa dapat memperoleh kembali ketenangan sebelum kembali ke pelajaran.

6. Lakukan pemindaian tubuh secara cepat.

Ketika siswa menekan tombol kita, apa yang kita katakan itu penting, tapi bagaimana cara kita mengatakannya akan membuat perbedaan yang besar. Kita dapat secara tidak sengaja ikut mengeskalasi siswa ketika kita meninggikan suara kita, dan komunikasi nonverbal kita mengisyaratkan keamanan atau bahaya. Menyilangkan tangan, rahang yang mengepal, atau tangan di pinggul tidak akan mengurangi eskalasi. Nada yang kasar atau suara yang meninggi juga tidak akan membantu. Ketika siswa mengalami eskalasi di dalam kelas, luangkan waktu sejenak untukLepaskan ketegangan dan dapatkan kembali ketenangan sehingga Anda dapat hadir untuk siswa Anda, bukannya bekerja melawan mereka. Cobalah pernapasan kotak atau gunakan afirmasi dan mantra seperti "Saya seorang guru yang tenang dan cakap." Jika semuanya gagal, hitung sampai sepuluh.

Lihat juga: Karangan Bunga Guru yang Ingin Anda Buat untuk Kelas Anda Sendiri

7. Gunakan diffuser untuk meredakan eskalasi.

Jika Anda mengalami perebutan kekuasaan dengan seorang siswa, Anda dapat menggunakan tanggapan seperti "poin yang bagus," "Saya mendengar Anda," dan "dicatat" untuk meredakan ketegangan. Jaga agar nada suara Anda setenang mungkin selama percakapan berlangsung. Lakukan kontak mata sambil memberikan ruang pribadi yang cukup kepada siswa Anda untuk menenangkan diri. Ketika Anda menggunakan diffuser, Anda membantu siswa Anda untuk merasa dilihat dan didengar.

8. Mempraktikkan pengajaran reflektif.

Setiap kali hal ini terjadi, ini merupakan kesempatan untuk mempraktikkan strategi de-eskalasi, dan kemudian merefleksikannya. Kunci dari refleksi diri guru adalah untuk melihat masa lalu secara menyeluruh, tanpa prasangka, dan menentukan bagaimana cara terbaik untuk menerapkan pelajaran tersebut di masa depan. Pertimbangkan Model Coping untuk mempraktikkan hal ini.

Ingin lebih banyak kiat-kiat de-eskalasi untuk para guru?

Bagaimana kita menanggapi perilaku siswa kita sering kali menjadi kunci untuk meredakannya. 10 Tips De-Eskalasi dari CPI dipenuhi dengan strategi yang lebih sederhana dan efektif untuk membantu para guru tetap tenang, mengelola respon mereka sendiri, mencegah konfrontasi fisik, dan masih banyak lagi.

Dapatkan Lebih Banyak Tips De-Eskalasi

James Wheeler

James Wheeler adalah seorang pendidik veteran dengan pengalaman mengajar lebih dari 20 tahun. Dia memegang gelar master dalam Pendidikan dan memiliki hasrat untuk membantu guru mengembangkan metode pengajaran inovatif yang mendorong keberhasilan siswa. James adalah penulis beberapa artikel dan buku tentang pendidikan dan secara teratur berbicara di konferensi dan lokakarya pengembangan profesional. Blognya, Ideas, Inspiration, and Giveaways for Teachers, adalah sumber informasi bagi para guru yang mencari ide pengajaran yang kreatif, tips bermanfaat, dan wawasan berharga tentang dunia pendidikan. James berdedikasi untuk membantu guru berhasil di kelas mereka dan membuat dampak positif pada kehidupan siswa mereka. Apakah Anda seorang guru baru yang baru memulai atau seorang veteran berpengalaman, blog James pasti akan menginspirasi Anda dengan ide-ide segar dan pendekatan inovatif untuk mengajar.